Hola, He's names Jackson~
“Tung
tang ting tung..”, sebuah suara mengalun dari alat musik besi yang
dibuat seadanya. Seekor kera mini, berlagak layaknya pemeran dalam sebuah
teater. Menaiki sepeda, memakai topeng, membawa tas belanjaan. Kerumunan itu
dihiasi oleh gelak tawa dan kagum para penonton yang terhibur. Sesekali,
gemerincing koin terdengar saat mereka menyumbang untuk pertunjukan tersebut.
Pertunjukan ini, ‘Doger Monyet’ namanya.
Lumba-lumba itu meliuk-liuk, melompat,
seringkali melalui sebuah ‘hula hoop’ yang di pegang oleh sang instruktur.
Puluhan penonton di tribun bersorak takjub akan atraksi yang disuguhkan
tersebut. Di akhir sesi, para penonton diberi kesempatan untuk bisa
berinteraksi secara langsung dengan sang aktor, lumba-lumba.
Dua gadis cilik itu duduk di
sebuah bangku, mendapat giliran setelah lama mengantri. Sang pawang
menyampirkan si hewan melata tersebut di pundak mereka. Mereka berpose,
tersenyum manis pada kamera yang membidik. Merasa bangga, bisa berfoto dengan
hewan yang biasanya hanya mereka jumpai dalam wujud gambar pada permainan ular
tangga.
Orang-orang mengabadikan momen
langka itu, baik Cuma sekedar swafoto (selfie) ataupun welfie. Foto unik itu
bisa jadi bonus tambahan selain hanya menikmati keindahan pesona pantai
tersebut. Hewan buas yang biasanya beringas kini harus kehilangan wibawanya
selaku sang Raja Hutan.
Sebuah video menampakan keadaan
seekor kucing besar yang terlihat tragis. Siapapun yang menatapnya pasti akan
bergidik miris. Entah mengapa hal itu bisa terjadi, karena lupa atau sudah
dapat dipastikan mereka lalai dalam mengurusi?
Oke, beberapa ilustrasi di atas
contoh kecil dari sekian banyak yang tak terungkap. Ada yang memang aku rasakan
secara langsung adapula yang aku dapati dalam jejak digital. Sedih rasanya,
jika kita bisa menilik apa-apa yang ada di balik ‘pertunjukan’ yang disajikan
itu. mari kita bahas satu persatu.
Masa kecilmu sepertiku? Yang
setiap sore diisi dengan pertunjukan si monyet lucu bertajuk Doger Monyet. Dulu
aku bahagia, aku kagum, aku salut dan sampe mikir ‘Monyetnya pinter banget
akting ya.’ Namun, seiring bertambahnya usia, aku sadar akan satu hal. Kok
Monyet ini jadi objek buat ngambil keuntungan ya? Sedihnya lagi, katanya mereka
diculik paksa saat masih berusia bayi.
Aku tak akan pernah lupa momen
itu. saat aku sekeluarga, pergi rekreasi bersama untuk melihat sebuah
pertunjukan aktraksi lumba-lumba. Aku suka melihat mereka beraksi. Di akhir
sesi, kami sekeluarga berfoto bersama lumba-lumba itu. Mereka tersenyum begitu
manis. Hah! Saat aku mulai mengenal internet, kubaca ungkapan sebuah netizen.
Atraksi yang bersifat nomaden itu, memang sangat menyiksa sang lumba-lumba. Kau
tau? mereka disimpan dalam kolam terpal pada sebuah mobil bak dengan udara dan
air yang seadanya. Apakah kau tau juga? Mereka dilatih dengan dibiasakan dibuat
lapar. Singkatnya, “Kamu mau makan, lompat dulu sini!” Ucap sang intruktur
sembari menyodorkan seekor ikan kecil.
Momen ketiga, terjadi saat aku
berusia SD. Aku dan sepupuku beserta Ayah dan Ibu pergi menuju Kebun Binatang.
Di akhir kunjungan kami, aku dan sepupu berfoto dengan seekor ular. Ular, yang
tampaknya memang sengaja telah dipaksa untuk menjadi jinak. Aku melihat walau
sebenernya belum sampai pada titik sadar. Mulut si ular itu terbungkus rapat
oleh lilitan selotip bening.
Peristiwa keempat ini terjadi di
negeri orang nun jauh di sana. Aku dapati pada sebuah akun Instagram. Singa
itu, jadi ‘budak’ bagi sang tuan untuk meraup pundi-pundi ‘rupiah’. Ia bernasib
sama seperti hewan yang lain. Lebih parahnya lagi, si orang jahat itu sengaja
mematahkan kaki sang singa agar ia bisa terus siap siaga melayani keinginan
manusia-manusia pemburu eksitensi namun nuraninya mereka korupsi.
Terakhir, video itu baru saja
viral akhir-akhir ini. Seekor Harimau dalam kandang salah satu Kebun Binatang
di negeri ini. Sudah sangat lazim adanya, memviralkan jadi cara jitu untuk
mengetuk hati-hati mereka-mereka yang dzolim. Buktinya, satuan kepolisian
langsung saja meluncur menuju lokasi guna mengecek hal tersebut. Kubaca di
sebuah situs berita, seorang dokter yang bertugas mengurus harimau itu bertutur
“Masih batas wajar. Keadaaanya tidak sekurus yang di video. Bisa saja video itu
diambil saat sebelum jadwal makan dia. makannya terlihat kurus.” Pak dokter yang
pinter, keren sekali cara anda dalam berkilahJ saya
yang awam aja, Bisa mendeteksi kalau si harimau itu sedang tak baik-baik saja.
Emang bisa dijadikan suatu patokan kalau hewan belum makan perutnya bakal
sekurus itu? aku tak bohong, sangat terlihat sekali perut harimau itu gepeng
menggelantung begitu saja. Tulang-tulangnya pun sangat tercetak, seperti
tinggal kulit pembalut tulang.
Ini yang dinamakan manusia? Hak
Asasi Manusia kau gembar-gemborkan setiap waktu namun Hak Asasi Hewan kau
acuhkan begitu saja? Hey! Jika mereka bisa berbicara, mereka pasti sudah angkat
bicara sejak dulu. Jika mereka mampu melawan, mereka pasti tak akan menjadi
tawanan. Tidak, mereka tak salah. Duduk perkaranya adalah manusia-manusia yang
bodoh dan berhati bengis itu! uang, uang, uang! Hanya demi uang kau buat mereka
bernasib malang! Tak sadarkah merekapun makhluk ciptaan-Nya? Tak sadarkah
mereka pun bisa merasakan sakit? Tak sadarkah kau wahai MANUSIA?!
Huft.. emosiku tersulut. Aku tak
bisa banyak bertindak, tapi aku bisa berkontribusi dengan caraku. Tulisan ini,
kubuat untuk menyadarkan siapapun pembaca sekalian. Dan teruntuk sang pelaku
‘eksploitasi hewan’ silakan anda-anda cek QS. Al-Baqarah : 205. “Dan Apabila
dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi,
serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai
kerusakan”. Ini hanya satu contoh, dari sekian banyak yang menjelaskan
bahwa Allah sangat tak suka dengan mereka yang membuat kerusakan di muka bumi.
Semoga lekas sadar. Ah ya, tak
lupa juga ku ingin berkata, get well soon untuk para manusia yang masih
menutup nurani mereka. Kuyakin mereka paham namun hanya berusaha untuk membekam
segala gejolak rasa bersalah itu. Terimakasih juga buatmu yang sudah meluangkan
waktu untuk membaca tulisanku yang tak seberapa ini. Jangan lupa, paket kritik,
saran, dan hujat pun saat kunanti kedatangannya.
Salam
Semangat!
Jazakumullah
Khoiron Katsiron..
(Cimanggung,
9 September 2020 / 21 Muharram 1442 H).
|
Komentar
Posting Komentar