Ramadhan Vibes


Qintannajmia Elvinaro
“Cerpen ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi menulis Smarteen”

Ramadhan Vibes

            “Tik tik..” sebuah suara bergemuruh di dalam kamar kecil bernuansi pastel itu. ya, sedari tadi seorang gadis belia sedang asyik bergelut dengan laptop kesayanganya. Jari-jemarinya tak berhenti bergelut dengan tuts keyboard, mencoba menumpahkan segala asa.
“Huft..”, Zahra, bersandar pada pinggiran kursi belajarnya. Ia sedikit mendongak, tatapannya menerawang keatas.
‘Bagaimana ya, aku jenuh di rumah terus’., Batin Zahra. Ia terus saja berbicara pada diri sendiri, sedang pikirannya berlarian kesana kemari. Situasi negaranya saat ini, sedang tidak baik-baik saja. Tidak-tidak, bukan hanya negara ini, tapi seluruh dunia ini. Karena sebuah virus mungil telah berhasil menyerbu segala penjuru bumi. Memporak-porandakan semua yang ada. Menjadi pandemi yang telah mengglobal.
“Kak”, Bunda datang, menepuk pundak Zahra.
Alih-alih menjawab, Zahra malah mengerjap-ngerjapkan kedua kelopak matanya. Dirinya berusaha menyinkronkan pikirannya yang bergerilya dengan realita yang ada.
“Malah ngelamun.. bentar lagi Isya, ayo kita ke musholla. Ayah dan Ahmad sudah menunggu.”
“Eh, iya siap bun”, Zahra beranjak, tak lupa sebelumnya mematikan laptop dahulu.
            Saat Zahra tiba di Musholla, benar saja Ayah dan adiknya Ahmad telah siap di posisi mereka. Merekapun shalat berjamaah dengan khusyuk. Di penghujung, Ayah memimpin untuk berdo’a. mereka mendoakan semuanya, termasuk agar Allah segera menyelesaikan masalah ini.
            Zahra merebahkan tubuhnya diatas Kasur empuk berselimutkan sprei bermotif bunga-bunga. Sejak tiba di pembaringannya, ia tak bisa tertidur. Pikirannya masih terpaku pada peristiwa tadi. Bagaimana tidak, besok adalah hari pertama di bulan suci Ramadhan. Bulan dimana semua umat muslim sangat menantikan kehadirannya. Tapi, kali ini ia rasakan sedikit berbeda. Corona telah mengubah segalanya. Ia bersengit, mengingat ‘si biang kerok itu’.
            Zahra mencoba membolak-balikan badannnya, namun nihil rasa kantuk tetap tak kunjung datang juga. Ia masih resah. Sekarang, ia mesti bersekolah berbasis daring. Sehingga, tak ada interaksi secara langsung baik dengan guru dan teman-temannya. Dulu, setiap kali Ramadhan, ia dan adiknya Ahmad pasti selalu paling semangat untuk berkiprah dalam kegiatan Pesantren Kilat yang biasa diikutinya di masjid An Najm, dekat rumahnya. Tapi, pemerintah membuat kebijakan baru, yang tak membolehkan adanya suatu perkumpulan massa. Hal ini guna memutus mata rantai penyebaran Corona.
“Dasar Corona!”, Dengus Zahra, sebal.
“Eh, anak bunda yang manis, bukannya tidur malah ngomel-ngomel”, Bunda tertarik saat melewati kamar Zahra, terdengar anak gadisnya itu menggerutu.
“Susah tidur bundaa”, Rengek Zahra.
“Ada apa sih kak? Mikirin apa? Duluan ayam apa telur? Ih udah basi tau kak”
“Ih bunda..”,  merasa dirinya dijaili, Zahra mengurucutkan bibirnya.
“Hehe, kenapa sih?”
“Aku bosan bunda, di rumah terus.. aku kan pengen ketemu temen-temen secara langsung, gak online aja. Terus, aku kangen belajar di kelas. Makan nasi uduk Bu Tarmi di kantin, olahraga di lapang, renang di sekolah, baca di perpustakaan daerah, jalan-jalan di taman. Pokoknya aku rindu banget aktivitas di luar rumah”
“Hmm.. oh.. anak bunda bisa galau juga ya. Kirain hatinya terbuat dari batu, taunya kayak squishy bisa mellow-mellow begini”
“Hihi, bunda mah bisa aja”, jawab Zahra sembari terkikik.
“Nah, gitu dong senyum. Anak bunda jadi keliatan cantiknya kan. Sayang, bunda tau kok kamu bosan.. Tapi, kamu harus tau lho, ada hikmah di balik ini semua. Coba deh inget-inget kalau lagi normal, Ayah sering banget pulang larut bahkan pergi dinas ke luar kota. Belum lagi, kamu dan Ahmad yang seharian full di sekolah, jarang banget lho kita kumpul-kumpul lengkap kayak sekarang”
Zahra termenung, mencoba menyiapkan hati untuk menerima nasihat bundanya.
“Kak, Corona hadir itu sebagai bentuk ujian dari Allah. Allah pengen nguji nih, mana hamba-hambanya yang sabar dan mampu melewati ini semua. Tau gak kak, banyak banget hikmah yang ada di balik si mungil corona ini. Pertama, kita jadi punya banyak waktu quality time dengan keluarga, orang-orang lebih aware buat jaga kesehatan mereka, rasa solidaritas juga makin kuat dengan sesama. Tau gak kak, di bulan Ramadhan ini, Allah pengen kasih pengalaman yang berbeda buat kita semua. Dan, Allah pengen banget tuh ngasih kesempatan buat kita bisa lebih dekat dengan-Nya. Banyak hikmah kak sebenernya yang bisa kita petik dari ini semua.”, 
Jelas Bunda panjang lebar.
“Hmm iya ya bunda”
“Iya dong. Oh, atau Zahra lebih suka di sekolah ya sama temen-temen dibanding di rumah nemenin Bunda? Padahal hari-hari bunda sering kesepian lho sendiri. Bunda seneng padahal, sekarang semua bisa kumplit. Nasi timbel aja kumplit, masa keluarga kita enggak”, canda Bunda
“Ih enggak dong bunda.. aku seneng di rumah, cuman..”
“Hmm.. masih ngeluh juga. Eh kak, inget gak besok itu hari apa?”
“1 Ramadhan?”
“Bener. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang sholeh terdahulu sangat menanti-nanti momen special ini lho. Di bulan ini semua amalan dilipatgandakan pahalanya. Pintu-pintu neraka ditutup, dan pintu-pintu surga terbuka lebar. Alangkah bahagianya orang-orang beriman ketika mampu bersua dengan bulan yang penuh berkah ini. Mereka gak akan lewatin kesempatan emas ini. Tuh, mereka aja yang tingkat keimanannya jauh diatas kita selalu semangat dan giat ketika Ramadhan..”
“Iya ya bunda huhu. Kok aku gak bersyukur banget sih”
“Udah, yang penting sekarang kamu harus semangat!! Yuk kita bareng-bareng saling kuatin diri buat bertempur melawan hawa nafsu. Nah sekarang bobo ya cantik. Besok, bakalan ada sesuatu lho”
“Eh apa tuh bunda?”
“Liat aja besok ya, udah sekarang tidur”, Bunda menyelimuti tubuh Zahra, lalu berlalu setelahnya.
Hati Zahra sebenarnya bergejolak, penasaran akan ungkapan bundanya tadi tapi pada akhirnya ia berpetualang juga dalam dunia mimpi.
            Pagi itu, setelah mereka semua selesai berjamaah shalat subuh. Bunda dan Ayah menyuruh Zahra dan Ahmad menutup mata. Mereka telah menyiapkan sesuatu.
“Ih apa sih bikin penasaran aja”, celetuk Ahmad.
“Sabar.. sabar… nah 1, 2 3. Buka mata kalian”, Ayah memberi aba-aba.
Zahra dan Ahmad terkejut ketika kini dihadapannya ada segulung kertas. Merekapun dengan semangat membukannya..
RAMADHAN PLANNER” sebuah judul tercetak lebar dibagian atas gulungan kertas itu.

“Oke mulai sekarang, Ayah dan Bunda bakal jadi panitia di Sanlat Ramadhan kali ini hehe.. emang kalian aja yang bisa aktif di sanlat”, Ujar Ayah.
“Hah?”, Zahra dan Ahmad bengong dan saling pandang satu sama lain.
“Iya nih, biar Ramadhan kita semakin have fun, kita bakal isi dengan mini sanlat ala-ala Ayah dan Bunda”, Tambah bunda.
“Udah ah, daripada bengong, ayo kita mulai. Nanti Bunda bakal ajarin kalian beragam bahasa lho. Mau bahasa Inggris, Jepang, Sunda, Arab, atau bahasa alien juga jagonya tuh”, ungkap ayah. Bunda mereka memang menguasai beberapa bahasa.
“Ih ayah nih”, Bunda, menggerutu, saat digoda Ayah.
“Ya udah, let’s get started guys!”, teriak Ayah penuh semangat.
            Setelahnya, Zahra dan Ahmad dikomando untuk menutup kedua mata mereka kembali. Mereka digiring ke halaman belakang rumah. Sesampainya, mereka kemudian dihadapkan pada peralatan lengkap memanah. Bukan main rasanya, hal ini yang paling diimpi-impikan oleh Zahra dan Ahmad. Mereka pun saling beradu, mencoba melepas busur agar tepat sasaran. Sesekali, gelak tawa terdengar dari keduanya.
            Setelah itu, ada kursus special bahasa yang akan dipandu Bunda. Mereka duduk di atas hamparan tikar depan rumah. Disini, mereka bisa belajar sembari menikmati pemandangan Gunung di sebrang sana. Mereka antusias sekali dengan pembawaan Bundanya yang cenderung santai namun mudah dipahami.
            Dan, masih banyak puluhan list agenda unik yang siap mereka lalui dibawah kepanitiaan bunda dan Ayahnya. Tak ada kata malas apalagi gabut bagi mereka. Karena sedari bangun sampai tertidur lagi, waktu-waktu mereka dihiasi kegiatan seru yang disiapkan oleh kedua orang tuanya.
‘Alhamdulillah’ Syukur Zahra dalam hati. Ia merasa senang, bisa berasyik ria di bulan Ramadhan ini, apalagi ditambah bersama keluarganya. Bye bye Sedih, hello Produktivitas!

Tamat.


#smarteenTangsel #RamadhanbersamaSmarteen #RamadhanProduktif

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takut Mati? Coba Baca Buku Ini Deh! (Psikologi kematian - Ulasan Buku)

Berkaca dari Film Makmum