Me on Social Media?

Bismillah..

Sumber : hiclipart.com


“Aku iri sama kamu, selalu share kebaikan..”

“Aku insecure tau. you always share about positive vibes.

“Kamu mah baik ya.”

 

                Huft.. lontaran-lontaran itu sering banget bikin diri ngalelep. Tenggelam dalam kubangan pujian lalu mikir, emang iya? Temen-temen, perlu aku lurusin. Apa yang tergambar di Media Sosial itu gak bisa dijadikan patokan. Cuman karena suka berbagi kebaikan lantas si orang itu sempurna, sama sekali tidak. Pernah denger gak statement gini, “Bukannya aku baik, tapi Allah yang tutupi aib-aib aku”? Itu bener adanya.

                Kalau mikir mereka-mereka yang suka dakwah itu suci terus yang lain penuh dosya, ups, kamu salah bung! Ada alasan tersendiri kenapa mereka mau lakuin itu. Jangan kaget, kalau nyatanya di balik kebaikan yang dia share dia juga punya ragam kekurangan. Well, nyatanya media sosial emang udah jadi dunia kedua untuk menilai seseorang. Ya, faktanya manusia-manusia pada zaman ini lebih sering berkutat dalam ‘dunia baru’ berlabel media sosial.

                It’s back to our choices, guys. Mau pake media sosial itu seperti apa? Jujur, aku yang selalu berusaha buat share sesuatu yang berbau positif itu, sebenernya bukan tanpa alasan. Aku mandang, media sosial itu ladang strategis buat kita tanam ‘invest’ paling mudah. Aku cuman pengen, peluang ini gak aku abaikan gitu aja. Toh, perkara-perkara yang aku bagikan sebenernya emang ditujukan buat diri sendiri kalaupun ada yang merasa dapet hikmah pula, aku ikut seneng.

                Terus terang, aku belum bisa kayak orang-orang. Di dunia nyata atau di masyarakat aku belum bisa berkontribusi. Aku tau kelemahan diri yang acapkali malu untuk berinteraksi. Makannya, media sosial jadi ruang ekspresi aku buat berbagi dengan sesama. Bukan berarti lebih baik, tapi berusaha ‘hayu, jadi baik babarengan’. Nyatanya, aku begini karena akupun terinspirasi oleh orang-orang. Mereka yang selalu berusaha buat sebar secuil cahaya untuk sekitar. Temen aku pernah share, salah satu ya katakanlah ‘influencer’ , do’i seorang illustrator yang Allah kasih kelebihan dalam dunia seni desain. Terus, dia jadiin kelebihannya itu sebagai sarana dakwah dia buat berbagi ke sesama. ada statement do’i yang ngena banget, “Coba kita berkaca pada semut Nabi Ibrahim. Pada saat Nabi Ibrahim dibakar, ia datang dengan barang setetes atau dua tetes air, berusaha untuk memadamkan api. Walau sebuah cemooh dia dapet, ‘apaan cuman segitu mana bisa bantu!’ tapi, dia terus berjuang dan bertekad. ‘biar sedikit, tapi setidaknya aku udah berkontribusi’. Nah, kita bisa ambil contoh dari si semut Nabi Ibrahim ini dalam berdakwah”.   

                So, jangan berekspektasi berlebihan ya? Aku juga punya banyak kekurangan pun kelemahan. Tapi, setelah baca uraian di atas, sekarang kamu tau kan alasan aku? Teman, kamu juga bisa ambil bagian dalam hal ini. Coba share sesuatu yang punya ‘value’ sesuai potensi yang udah Allah kasih ke kamu. Walau cuman sekedar repost quotes bijak, itu tuh udah jadi salah satu langkah keren. Usir ego buruk, ‘ah ngapain, aku kan belum baik’, ‘tar orang bilang sok suci’, ‘da aku mah apa atuh’, dah ah, stop. Selagi ada waktu, selagi ada kesempatan, kenapa tak kau sambut? Mungkin, segitu aja ya opini aku kali ini. Maaf kalau ada yang gak berkenan.. baiknya datang dari Allah, buruknya ti aku pribadi. Oh ya, seperti biasa.. sangat menerima kritik, saran, bahkan hujatan pun. Asal inget, tetep pake akhlak hehe..

 

Jadi, siap jadi salah satu kontributor kebaikan?

 

Jazakumullah khoiron katsiron..

Salam semangat!

 

(Cimanggung, 2 September 2020/14 Muharram 1442 H).

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takut Mati? Coba Baca Buku Ini Deh! (Psikologi kematian - Ulasan Buku)

Review Series The Journalist: Mengenal kehidupan seorang Jurnalis dari Jepang